Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

Biografi EFE Douwes Dekker - Ara & Aura

Gambar
Dr. Ernest Fran çois Eugène  Douwes Dekker (1879-1950) Oleh : Zahra Aurellia Wibowo/24   Aura Saniyya V. P./26 Ernest Douwes Dekker atau lebih dikenal dengan Dr. Setiabudi lahir di Pasuruan, 8 Oktober 1879. Ia adalah salah satu Politisi Indonesia yang berjuang untuk kemerdekaan dan adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia. Ernest berprofesi sebagai Politikus tentunya, wartawan, seorang aktivis, dan penulis. Bahkan, ia juga orang yang berjasa dalam pemberian nama Nusantara pada Tanah Air ini. Ernest lahir didalam keluarga sebagi anak ke-3 dari 4 bersaudara. Ayahnya bernama Auguste Henri Edouard Douwes Dekker dan ibunya Louisa Margaretha Neumann. Oleh orang-orang terdekatnya, ia biasa dipanggil Nes. Sedangkan dengan rekan-rekan kerjanya, ia biasa dipanggil DD, singkatan nama belakangnya. Ernest di masa mudanya. Nes menempuh sekolah dasar di kota lahirnya, Pasuruan, HBS di Surabaya, kemudian sekolah elit bernama Gymnasium Willem III di Batavia. I

Ali Sastroamidjojo Tasya Nissa

Gambar
Ali Sastroamidjojo   Oleh: Anastasya dan Anissa                         Ali Sastroamidjojo adalah seorang tokoh yang lahir di Grabag, Magelang, 21 Mei 1903 dan meninggal di Jakarta, 13 Maret 1976 pada umur 72 tahun. Ali Sastroamidjojo adalah tokoh politik, pemerintahan, dan nasionalis. Ali Sastroamidjojo menikah dengan Titi Roelia dan mempunya 4 anak. Ibu Titi Roelia yang mendampinginya sejak masa pergerakan nasional dan feminis. Ali  Sastroamidjojo mendapatkan gelar Meester in de Rechten (sarjana hukum) dari Universitas Leiden, Belanda pada tahun 1927. Ia juga adalah Perdana Menteri Indonesia ke-8 yang sempat dua kali menjabat pada 1953-1955 (Kabinet Ali Sastroamidjojo I) dan 1956-1957 (Kabinet Ali Sastroamidjojo II).       Pada masa bersekolah, ia aktif dalam organisasi  pemuda seperti organisasi Jong Java pada tahun 1918-1922 dan Perhimpunan Indonesia di Belanda pada tahun 1923-1928. Karena aktivitasnya ia ditahan oleh polisi Belanda. Pada tahun 1928, ia bersama

Biography Mohammad Hatta. Fadhil dan Tamara

Gambar
Biografi Mohammad Hatta Mohammad Hatta , biasa disebut juga dengan nama Bung Hatta , ia lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi. Di kota kecil yang indah Bung Hatta dibesarkan di lingkungan keluarga ibunya. Ayahnya, Haji Mohammad Djamil, meninggal ketika Hatta berusia delapan bulan. Dari ibunya, Hatta memiliki enam saudara perempuan. Ia adalah anak laki-laki satu-satunya.  Sejak duduk di MULO di kota Padang, ia telah tertarik pada pergerakan. Sejak tahun 1916, timbul perkumpulan-perkumpulan pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa. dan Jong Ambon. Hatta masuk ke perkumpulan Jong Sumatranen Bond.  Sebagai bendahara Jong Sumatranen Bond, Mohammad Hatta menyadari pentingnya arti keuangan bagi hidupnya perkumpulan. Tetapi sumber keuangan baik dari iuran anggota maupun dari sumbangan luar hanya mungkin lancar jika para anggotanya mempunyai rasa tanggung jawab dan disiplin. Rasa tanggung jawab dan disiplin selanjutnya menjadi ciri khas sifat-sifat

Dr.Tjipto Mangunkusumo (Diego , Kisha)

Gambar
Dr. Tjipto Mangunkusumo   (1886-1943)              DR. Tjipto Mangunkusumo lahir pada 4 Maret di Jepara. Ia adalah anak tertua. Ia adalah   masyarakat Jawa yang bekerja sebagai guru. Mangunkusumo  berhasil menyekolahkan anak-anak nya pada jenjang yang tinggi. Ketika menempuh pendidikan di STOVIA, Mangunkusumo dinilai sebagai orang yang jujur, berpikiran tajam, dan rajin. Para guru menjuluki Cipto sebagai “een begaald leerling” atau murid yang berbakat.               Ia membuat tulisan-tulisan  mengkritik Belanda di harian De locomotive dan Bataviaasch Nieuwsblad sejak tahun 1907. Setelah lulus dari STOVIA, ia  bekerja sebagai dokter pemerintah kolonial Belanda yang ditugaskan di Demak. Sikapnya yang tetap kritis melalui berbagai tulisan membuatnya kehilangan pekerjaan.            Mangunkusumo menyambut baik kehadiran Budi Utomo sebagai bentuk kesadaran pribumi akan dirinya. Tetapi, Mangunkusumo menginginkan Budi Utomo sebagai organisasi politik yang harus

Biografi Soetomo. Oleh (Divo & Deva)

Gambar
berbagaireviews.com DR. SOETOMO (1888 – 1938) Dr Soetomo lahir di Ngepeh, Loceret, Nganjuk, Jawa Timur, pada tanggal 30 Juli 1888. Di tahun 1903, Soetomo menempuh pendidikan kedokteran di School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) di Batavia,  pada 20 Mei 1908 para pelajar STOVIA mendirikan Budi Utomo, organisasi modern pertama yang lahir di Indonesia,  Tujuan organisasi itu ialah memajukan pengajaran dan kebudayaan  dan Soetomo  diangkat sebagai ketuanya. Murid - Murid STOVIA https://id.wikipedia.org/ Setelah lulus dari STOVIA pada tahun 1911 , ia bekerja sebagai dokter pemerintah di berbagai daerah di Jawa dan Sumatra. Pada tahun 1917, Soetomo menikah dengan seorang perawat Belanda. Pada tahun 1919 sampai 1923, Soetomo melanjutkan studi kedokteran di Belanda.  Pada tahun  1924 , Soetomo juga mendirikan "Kelompok Studi Indonesia " ( Indonesische Studie Club)  di Surabaya. Pada tahun 1930 beliau   mendirikan Partai Bangsa Indonesia   dan pad

K.H. Ahmad Dahlan - Raffy & Jefin

Gambar
Kiai Haji Ahmad Dahlan (1868 - 1923) K.H. Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis lahir pada tanggal 1 Agustus 1864 di Yogyakarta, beliau adalah anak keempat dari tujuh bersaudara dan anak dari K.H. Abu Bakar. K.H. Ahmad Dahlan juga merupakan keturunan ke dua belas dari Walisongo Maulana Malik Ibrahim yang merupakan salah satu penyebar agama Islam di pulau Jawa. K.H. Ahmad Dahlan memulai  belajar agama lebih mendalam saat berumur 15 tahun. Ia haji dan tinggal di Mekah selama kurang lebih 5 tahun. Selama ia di Mekah,  K.H. Ahmad Dahlan mulai berpikiran untuk membaharukan Islam di Indonesia, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani dan Ibnu Taimiyah. Ketika K.H. Ahmad Dahlan kembali ke kampungnya pada tahun 1888 dan mengganti namanya menjadi Ahmad Dahlan. Pada tahun 1903, beliau kembali ke Mekah untuk menetap selama dua tahun. Di saat ini, ia juga berguru dengan Syeh Khatib yang juga merupakan guru dari K.H. Hasyim Asyari, pendiri NU (Nahdlatul 'Ulama).  Pada tahun 1909, K.H. Ahmad