Biografi EFE Douwes Dekker - Ara & Aura


Dr. Ernest François Eugène Douwes Dekker
(1879-1950)

Hasil gambar untuk douwes dekker

Oleh : Zahra Aurellia Wibowo/24
  Aura Saniyya V. P./26


Ernest Douwes Dekker atau lebih dikenal dengan Dr. Setiabudi lahir di Pasuruan, 8 Oktober 1879. Ia adalah salah satu Politisi Indonesia yang berjuang untuk kemerdekaan dan adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia. Ernest berprofesi sebagai Politikus tentunya, wartawan, seorang aktivis, dan penulis. Bahkan, ia juga orang yang berjasa dalam pemberian nama Nusantara pada Tanah Air ini.

Ernest lahir didalam keluarga sebagi anak ke-3 dari 4 bersaudara. Ayahnya bernama Auguste Henri Edouard Douwes Dekker dan ibunya Louisa Margaretha Neumann. Oleh orang-orang terdekatnya, ia biasa dipanggil Nes. Sedangkan dengan rekan-rekan kerjanya, ia biasa dipanggil DD, singkatan nama belakangnya.

Hasil gambar untuk douwes dekker
Ernest di masa mudanya.

Nes menempuh sekolah dasar di kota lahirnya, Pasuruan, HBS di Surabaya, kemudian sekolah elit bernama Gymnasium Willem III di Batavia. Ia tidak melanjutkan pendidikannya setelah lulus, dan bekerja di perkebunan kopi Soember Doeren di Jawa Timur. Tapi dikarenakan konflik dengan manajernya, ia dipindahkan ke perkebunan gula dekat Probolinggo. Tak tahan lama disana, Nes mengundurkan diri.

Karena tidak memiliki profesi alias menganggur (serta kematian Ibunya), Nes memutuskan menjadi sukarelawan dalam Perang Boer II di Afrika Selatan melawan Inggris. Ia juga dipenjara di Sri Lanka  dan dipulangkan pada tahun 1902 ke Hindia Belanda.

Pada tahun 1903, Nes menikah dengan Clara Charlotte Deije, namun berpisah di tahun 1919. Dan sekitar tahun 1927, ia menikah lagi dengan Johanna Petronella Mossel tapi pernikahannya berakhir karena ia dibuang ke Suriname. Di Suriname, Nes menikah untuk ketiga kalinya dengan Nelly.

Hasil gambar untuk haroemi wanasita
Douwes Dekker bersama istrinya, Haroemi Wanasita (Nelly Kruymel).

Sikap kritis Nes mulai menonjol saat ia bekerja sebagai wartawan untuk surat kabar Belanda. Di surat kabar tersebut, ia mengutarakan kritiknya bahwa pemerintahan Hindia Belanda memperlukan pemerintah sendiri.

DD juga membantu lahirnya organisasi pertama pergerakan nasional Budi Utomo pada tahun 1908. Dan tak sampai situ, ia juga mendirikan organisasi bersama Dr. Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat yang bernama Indische Partij (Partai Hindia). Mereka lebih dikenal dengan 3 serangkai yang suka mengkritik tajam Belanda. Karena tulisan kritik Suwardi di surat kabar organisasi yang bernama De Expres "Als ik eens Nederlander was", mereka diasingkan ke Belanda. Alasannya, Nes dan Cipto mendukung Suwardi.

Hasil gambar untuk douwes dekker
3 serangkai  
Dalam pengasingannya di Belanda, DD memanfaatkan kesempatan ini untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Zurich dan mengambil program doktor dalam bidang ekonomi. Karena disana ia juga terlibat dalam sebuah kelompok revolusioner, ia ditahan di Singapura dan akhirnya kembali lagi ke Hindia Belanda.

Ia juga tak kapok. ia mengkritik IEV, organisasi kaum Indo dengan mencap organisasi mereka konyol dan kekanak-kanakan. Ia juga menyebarkan pamflet yang berjudul "Een Natie in de maak" (Sebuah Bangsa telah terbentuk) serta terlibat pristiwa protes dan kerusuhan buruh tani di sebuah perkebunan tembakau di Klaten.

Tahun 1924 di Bandung, Jawa Barat, DD mendirikan Ksatrian Instituut atau Sekolah Ksatria yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan percaya diri murid, serta melengkapi kemampuan kejuruan dan bahasa. Ia sempat bekerja di kantor Kamar Dagang Jepan di Jakarta karena buku-bukunya dibakar dan ia dilarang mengajar. Dan pada tahun 1947 di Yogyakarta, DD mengubah nama Belandanya menjadi Danudirdja Setiabudi. 

DD juga berperan penting di Republik Indonesia. Ia menjabat menteri negara, anggota delegasi negosiasi dengan Belanda, konsuktan dalam komite bdang keuangan dan ekonomi, anggota DPA, guru di Akademi Ilmu Politik, dan kepala seksi penulisan sejarah di bawah Kementrian Penerangan.

Ernest Douwes Dekker atau yang biasa dipanggil dengan Dr. Setiabudi wafat pada tanggal 28 Agustus 1950 dan dimakamkan di TMP Cikutra, Bandung. Jasa Douwes Dekker dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia diperlihatkan dalam banyak hal salah satunya adalah nama jalan yang terdapat di Bandung yaitu Jalan Setiabudi dan juga nama kecamatan di daerah Jakarta Selatan yaitu Kecamatan Setiabudi sebagai tanda penghormatan bangsa Indonesia kepadanya.

Walaupun Douwes Dekker pernah dituduh pengkhianat oleh Belanda. Namun Belanda tetap menghormatinya sebagi sosok yang berjasa dalam meluruskan arah kolonialisme. 
Dan adapun salah satu quotes atau kata-kata mutiara dari Douwes Dekker adalah “Mereka menyebutku penjahat internasional,” dan quotes terakhirnya sebelum wafat adalah “Inilah rumah kecilku, doakan aku”.


Daftar pusaka ;

  • https://id.wikipedia.org/wiki/Eduard_Douwes_Dekker
  • https://www.biografiku.com/2016/06/biografi-douwes-dekker-tokoh-pejuang.html
  • https://tirto.id/m/ernest-fran%C3%A7ois-eug%C3%A8ne-douwes-dekker-vS
  • http://www.biografipahlawan.com/2016/06/biografi-ernest-douwes-dekker.html






Komentar

Postingan populer dari blog ini

CV Taruna Jaya Mandiri (Perusahaan Komanditer) - Elena

PT. Nestlé Indonesia -Aza

Taman Nasional Komodo, Indonesia